nomosproject.com – Pernikahan di Jepang, yang dikenal sebagai Shinto Wedding, merupakan salah satu ritual tradisional yang memadukan keindahan budaya, cinta, dan keharmonisan. Upacara ini biasanya berlangsung di kuil Shinto, yang merupakan agama asli Jepang, dan dipimpin oleh pendeta Shinto (kannushi). Setiap tahap pernikahan memiliki makna simbolis yang dalam dan menggambarkan ikatan suci antara pasangan. Berikut adalah tujuh langkah utama dalam upacara pernikahan tradisional Jepang:
1. Sanpai (Kunjungan ke Kuil)
Tahap awal dimulai dengan kunjungan ke kuil untuk memberikan hormat kepada dewa-dewa Shinto. Pengantin pria dan wanita bersama keluarga mereka mendatangi altar utama kuil, membungkuk sebagai tanda penghormatan, serta membersihkan diri dengan mencuci tangan dan berkumur di tempat yang disediakan. Proses ini melambangkan pembersihan spiritual dan kesiapan untuk memulai hidup baru bersama.
2. Shubatsu (Pemurnian)
Setelah memberi penghormatan kepada dewa-dewa, pendeta Shinto melakukan ritual shubatsu, yaitu pemurnian rohani dengan menggunakan cabang pohon sakaki (pohon suci) atau kipas khusus yang digerakkan di atas pengantin. Ritual ini melambangkan pembersihan dari segala kesalahan dan dosa masa lalu, sehingga pasangan siap memulai hubungan baru dengan hati yang murni.
3. Norito-soujou (Pembacaan Doa)
Pendeta kemudian membacakan norito, doa yang ditujukan kepada dewa-dewa Shinto. Doa ini berisi permohonan agar pernikahan tersebut diberkahi dengan cinta, kesetiaan, kebahagiaan, dan kesuksesan. Pada saat ini, pengantin serta keluarga biasanya menundukkan kepala dalam keheningan sebagai bentuk penghormatan dan permohonan.
4. San-san-kudo (Minum Sake Tiga Kali)
Ini adalah salah satu elemen paling terkenal dari pernikahan Jepang slot, di mana pengantin minum sake dari tiga cangkir berbeda, yang masing-masing mewakili surga, bumi, dan manusia. Pasangan tersebut meminum sake dalam tiga tegukan pada setiap cangkir, yang melambangkan ikatan antara kedua belah pihak serta doa untuk kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan.
5. Tukar Cincin (Yuino)
Dalam ritual yuino, pasangan bertukar cincin sebagai simbol komitmen satu sama lain. Cincin ini tidak hanya melambangkan cinta, tetapi juga hubungan yang akan terus berkembang dan tak terputus seiring berjalannya waktu. Ritual ini memperkuat ikatan antara pengantin dan mengukuhkan janji yang mereka buat satu sama lain.
6. Tamagushi Hoten (Persembahan Cabang Sakaki)
Pasangan tersebut kemudian mempersembahkan cabang sakaki, tanaman suci dalam agama Shinto, kepada altar sebagai simbol penghormatan kepada dewa-dewa. Persembahan ini melambangkan pengakuan mereka atas restu ilahi dalam pernikahan dan sebagai tanda syukur atas kesempatan untuk menikah.
7. Pernyataan Cinta dan Janji (Seiyaku)
Tahap terakhir dari upacara pernikahan adalah pernyataan cinta dan janji antara pengantin. Keduanya secara bergantian menyatakan janji untuk saling mencintai, mendukung, dan menghormati sepanjang hidup mereka. Janji ini dilakukan di hadapan keluarga, teman, dan dewa-dewa sebagai saksi dari ikatan suci yang baru terbentuk.
Kesimpulan
Pernikahan tradisional Jepang tidak hanya menjadi ajang pengikatan dua insan, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada dewa-dewa dan alam semesta. Melalui tujuh langkah sakral ini, pasangan pengantin tidak hanya disatukan secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan emosional. Ritual pernikahan ini memperkuat ikatan cinta, keharmonisan, dan kesetiaan yang akan mengiringi perjalanan hidup mereka bersama.
Pernikahan di Jepang menonjolkan keseimbangan antara tradisi dan modernitas, memberikan penghormatan pada akar budaya sambil tetap relevan dengan kehidupan masa kini.